Senin, 15 April 2019

DASAR DAN PENGERTIAN HAIDL

         Wanita dalam kehidupannya terbagi menjadi empat kondisi   ; Thahir, Haidl, Mustahdlah dan Datu dami fasadin .
·        Thahir : Kondisi  wanita dalam keadaan suci,  
·        Haidl : Kondisi wanita yang mengeluarkan darah haidl dimasanya sesuai dengan syarat-syaratnya,
·        Mustahadlah :  Kondisi wanita yang mengeluarkan darah setelah darah haidl dengan sifat yang tidak sama dengan sifat darah haidl,
·        Datu dami fasadin : Kondisi wanita yang mengawali mengeluarkan  darah yang bukan darah haidl, seperti darah yang keluar dari wanita yang berumur kurang dari 9 tahun .

       Menurut madzhab Syafi’iyyah,   darah yang keluar dari wanita yang berumur kurang dari 9 tahun tidaklah disebut darah istihadlah namun disebut darah fasad sebab darah istihadlah tidaklah akan ada kecuali setelah keluarnya darah haidl. [1]
  Pada masa Jahiliyah, haidl dianggap sesuatu yang menjijikkan dan harus dipikul kaum wanita. Pada masa itu, orang Yahudi tidak memperlakukan secara manusiawi terhadap istrinya yang sedang haidl. Mereka mengusirnya dari rumah, tidak mau mengajak tidur dan makan bersama, yang semua itu sangat melecehkan kaum wanita.    Sementara, orang Nasroni mempunyai kebiasaan menggauli istrinya di kala haidl [2] 

       Dasar dalam permasalah haidl ini adalah firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 222:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya:    ”Mereka bertanya kepadamu tentang haidl. Katakanlah: "Haidl itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidl; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.

Dan hadits Nabi:
هَذَا شَيْئٌ كَتَبَهُ اللهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ. ( متفق عليه )
Artinya:    “Ini (haidl) merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan Alloh kepada cucu-cucu wanita Adam”
(HR. Bukhori dan Muslim)

Haidl sendiri secara bahasa diartikan mengalir . Sedangkan secara istilah  haidl diartikan sebagai berikut :

Madzhab Malikiyyah  [3] 
      Haidl adalah darah yang keluar dengan sendirinya dari kelamin wanita disaat umurnya secara adat  telah pantas untuk hamil walaupun hanya waktu yang  sedikit  .  [4]
       Maksud darah dari pengertian haidl menurut madzhab Malikiyyah diatas adalah darah yang memiliki   warna merah murni , kuning dan keruh . Warna keruh adalah warna diantara warna hitam dan putih . Warna darah menurut madzhab ini ada tiga macam seperti yang telah disebutkan walaupun secara hakikatnya darah hanya tertentu pada warna merah murni , sehingga jika di umpamakan seorang wanita mengeluarkan darah berwarna kuning maka darah tersebut dihukumi haidl menurut pendapat yang masyhur dari madzhab ini. Sedangkan sebagain ulama madzhab Malikiyyah menyatakan bahwa darah yang keluar dari wanita dengan warna kuning dan keruh bukanlah darah haidl secara mutlak. Sebagian ulama lagi mengatakan bahwa jika darah yang berwarna kuning dan keruh tersebut keluar dimasa haidl maka disebut haidl dan jika tidak maka bukan haidl . Pendapat yang terakhir - ini menurut sebagian ulama muhaqqiqin-  adalah pendapat yang paling Ashah.
    Maksud “ keluar sendiri dari kelamin wanita “ adalah  bahwa darah yang dianggap haidl ialah darah yang keluar tanpa sebab dan keluar dari alat kelamin ( vagina ) .  Oleh karena itu,  jika darah tersebut justru keluar dengan sebuah sebab seperti :
F Melahirkan, maka tidak dinamakan darah haidl bahkan disebut darah nifas yang dijelaskan nanti. 
F Pecahnya perawan,  maka juga tidak dinamakan darah haidl sebab hal ini seperti halnya tangan seorang yang terluka lalu berdarah hingga konsekwensinya hanya perlu mensucikan tempat yang terkena darah saja
F Memaksa darah keluar dengan obat diselain waktu haidl  secara adatnya , maka menurut madzhab ini juga tidak bisa disebut darah haidl dan masa iddah tidak dapat selesai. Berbeda jika ada wanita yang mempercepat selesainya haidl selain waktunya dengan obat maka wanita tersebut dianggap telah suci dan masa iddah dianggap selesai walaupun tindakan mempercepat masa haidl atau masa suci hukumnya tidak diperbolehkan jika hal itu sampai membahayakan kesehatan tubuh sebab menjaga kesehatan hukumnya adalah wajib.
    Begitu pula tidak dianggap darah haidl jika darah yang keluar bukan dari alat kelaminnya seperti melalui anus atau anggota tubuhnya .
     Maksud dari “   disaat umurnya secara adatnya telah pantas untuk hamil” mengecualikan jika darah tersebut keluar dari wanita yang masih kecil dan darah yang keluar dari wanita yang telah monopous maka darah tersebut tidak disebut sebagai darah haidl. Anak kecil menurut madzhab Malikiyyah adalah anak yang belum berumur 9 tahun . Untuk perincian darah yang keluar dari wanita yang telah berumur 9 tahun atau lebih adalah sebagai berikut :[5]
F Jika wanita yang mengeluarkan darah  tersebut tepat berumur 9 tahun maka ia harus bertanya pada ahli hubrah dari wanita yang ahli dibidang haidl atau dokter yang dapat dipercaya . Jika mereka mengatakan bahwa darah yang keluar adalah darah haidl maka darah tersebut dihukumi haidl dan sebaliknya.  Sama dengan hukum wanita yang berumur 9 tahun adalah wanita yang berumur 9 tahun lebih sampai 13 tahun.  
F Jika umurnya telah melebihi dari 13 tahun  maka darah yang keluar disebut darah haidl secara pasti.
F Jika umurnya telah mencapai 50 tahun maka ia juga harus bertanya pada ahli hubrah dan mengikuti apa yang dikatakan ahli tersebut.
F Jika umurnya telah mencapai 70 tahun lebih maka darah yang keluar bukanlah haidl secara pasti , namun mereka menamai   dengan darah istihadlah seperti halnya mereka menamai darah yang keluar sebelum umur 9 tahun dengan nama darah fasad dan penyakit.
       Dari maksud diatas maka diketahui dalam madzhab Malikiyyah bahwa wanita yang hamil mengalami haidl .   
       Untuk perincian darah yang keluar diwaktu hamil adalah sebagai berikut : [6]
F  Jika ada wanita hamil mengeluarkan darah setelah dua bulan ( bulan ke-3,4,5, ) dari kehamilannya yakni masa dimana kehamilan akan terlihat secara adatnya maka masa haidlnya dikira-kirakan 20 hari bila darah tersebut terus keluar . Pengira-ngiraan tersebut akan terus berlangsung sampai 6 bulan .
F Jika darah tersebut keluar dibulan ke -6 maka hukumnya seperti halnya haidl setelah bulan ke-6 menurut versi yang mu’tamad dan seperti sebelum bulan ke-6 menurut muqobilnya.
F  Jika ia mengeluarkan darah setelah kehamilan berlangsung 6 bulan ( bulan ke- 7, 8, 9 ) maka masa haidl dikira-kirakan 30 hari bila darah keluar terus . Pengira-ngiraan ini berlangsung sampai ia melahirkan.
F Jika ia melihat darah dibulan pertama dan kedua kehamilan maka masa haidl seperti halnya masa yang dibiasakan saat haidl dalam keadaan tidak hamil.
Maksud dari “ walaupun darah yang keluar hanya waktu yang sedikit “  adalah darah yang keluar  walaupun dengan kadar yang sedikit tetap dianggap haidl. Jika wanita mengeluarkan darah meskipun hanya sedikit maka sholat dan puasa yang sedang ia lakukan tidaklah sah  dan  wajib untuk mengqodla’ puasanya . Keluarnya darah yang sedikit ini tidak lah dapat menyelesaikan masa iddah namun diharuskan  darah  terus berlangsung sampai setengah atau satu hari.

 Madzhab Hanafiyyah :[7]
        Madzhab ini menyatakan bahwa haidl sah saja jika disebut hadast seperti keluarnya kentut dan sah pula  disebut dengan najis seperti air kencing. Jika haidl dianggap seperti hadast maka pengertian haidl adalah sifat syar’iyyah yang dimiliki wanita dengan sebab keluarnya darah hingga haram baginya untuk di setubuhi dan melakukan ibadah sholat , puasa dan selainnya seperti keterangan yang akan dijelaskan nanti dalam bab ha-hal yang diharamkan bagi seorang yang haidl “.
        Jika  haidl dianggap seperti halnya najis maka pengertian haidl adalah darah yang keluar dari rahim wanita yang tidak dalam kondisi hamil , bukan wanita yang masih kecil dan bukan wanita yang telah lanjut usia ( monopous ) , bukan sebab melahirkan , dan bukan sebab sakit.
       Kata “ darah “ dalam madzhab ini mencakup berbagai warna darah yang berjumlah 6 ; merah, kuning, hitam, , hijau [8] keruh, coklat tanah, keruh. Jika seorang wanita mengeluarkan darah dengan salah satu warna darah diatas maka darah tersebut merupakan darah haidl dengan syarat darah tersebut keluar sampai pada luar alat kelamin yakni anggota yang tampak dari kelamin wanita saat ia duduk . Oleh karenanya, bila ada wanita yang merasa akan keluar darah haidl lantas ia menyumbat kelamninnya dengan semacam kapuk hingga darah tidak keluar maka wanita tersebut tidaklah disebut seorang yang haidl dan puasanya pun tidak batal dengan tindakan tersebut . Darah yang keluar tidaklah disyaratkan haruslah mengalir. Wanita yang mengeluarkan darah lantas berhenti sebelum masa  biasaannya berhenti kemudian keluar lagi maka masa berhenti juga dihukumi haidl walaupun darah tidak keluar secara nyata.
       Kata “ tidak dalam kondisi hamil” , mengecualikan wanita yang hamil maka menurut madzhab Hanafiyyah bukanlah haidl  [9].
      kata  “  bukan wanita yang masih kecil dan bukan wanita yang telah lanjut usia  “  mengecualikan darah yang keluar dari wanita yang masih kecil yakni wanita yang berumur kurang dari 9 tahun maka tidak dinamakan darah haidl  , begitu pula darah yang keluar dari wanita yang lanjut usia yakni wanita yang telah berumur 55 tahun yang disebut juga dengan  monopous menurut pendapat yang mu’tamad .  Pendapat yang mukhtar menyatakan bahwa wanita yang telah melebihi usia 55 tahun , jika mengeluarkan darah yang kuat seperti warna hitam dan merah maka tetap dihukumi haidl,[10] bukan darah berwarna keruh, kuning , hijau keruh dan coklat tanah maka hukumnya adalah darah istihadlah seperti darah yang keluar dari wanita hamil dan anak kecil.

 Madzhab   Syafi’iyyah  
          Haidl adalah darah yang keluar darai kelamin wanita dalam keadaan sehat ketika wanita tersebut telah berumur 9 tahun lebih tanpa sebab melahirkan.  Sebagian ulama madzhab ini mengatakan bahwa  haidl adalah darah yang keluar melalui alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia minimal 9 tahun kurang dari 16 hari kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit), dan keluar secara alami (tabiat perempuan) bukan disebabkan melahirkan atau suatu penyakit pada rahim.
Dengan demikian darah yang keluar ketika wanita belum berumur 9 tahun kurang 16 hari kurang sedikit, atau disebabkan penyakit ataupun disebabkan melahirkan, tidak dinamakan darah haidl. 1
   Darah yang dimaksud mencakup segala macam warna darah yang berjumlah lima. Warna hitam adalah darah yang paling kuat, disusul warna kuning,merah kekunin-kuningan , keruh dan kuning adalah darah paling lemah.
      Darah haidl keluar dari otot yang berada dirahim terdalam , baik wanita tersebut sedang hamil ataupun tidak sebab seorang yang hamil dapat mengalami haild seperti madzhab Malikiyyah . Lain halnya dengan madzhab Hanafiyyah dan Hanabilah.   Darah yang keluar diselain dari rahim tidaklah disebut darah haidl baik darah tersebut keluar melalui alat kelamin atau yang lainnya .
       Jika seorang wanita mengeluarkan darah   disebabkan  sakit maka disebut dengan darah istihadlah, seperti halnya darah yang keluar dari seorang wanita yang berumur kurang dari 9 tahun seperti halnya madzhab Hanafiyyah yang menyebut darah yang keluar dari anak kecil dengan nama istihadlah .     Lain halnya dengan madzhab Malikiyyah yang menyebutnya darah penyakit dan darah rusak.    
         Tidak ada batasan maksimal dalam haild menurut madzhab ini , sebab wanita selama masih hidup maka mungkin mengeluarkan darah haidl , walaupun  umumnya setelah wanita mencapai usia 62 tahun darah haidl akan berakhir .  Oleh karenanya , jika setelah usia    62 tahun ada wanita mengeluarkan darah maka darah tersebut tetap disebut darah haidl.[11]
      Dasar Imam As-Syafi’i dalam rumusan diatas, tidak hanya berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits, akan tetapi beliau juga mengadakan penelitian pada berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus wanita dari berbagai daerah dan taraf ekonomi yang berbeda untuk menyimpulkan hukum-hukumnya.[12]

Madzhab Hanabilah
 Haild adalah darah tabiat  yang keluar dari rahim terdalam wanita saat dalam kondisi sehat dan tidak sedang hamil , diwaktu-waktu tertentu yang telah diketahui dan  selain sebab melahirkan.
       Darah yang ada secara umumnya berwarna hitam, kuning dan keruh.  Darah haidl ini akan berakhir saat wanita berumur 50 tahun, hingga jika setelah usia tersebut ia mengeluarkan darah maka tidak disebut dengan darah haidl walaupun darah tersebut berstatus kuat.[13]



[1] Referensi  :
المجموع شرح المهذب الجزء 2 صحـ 346
(فرع)قال صاحب الحاوي النساء أربعة أضرب طاهر وحائض ومستحاضة وذات دم فاسد فالطاهر ذات النقاء والحائض من ترى دم الحيض في زمنه بشرطه والمستحاضة من ترى الدم على أثر الحيض على صفة لا يكون حيضا وذات الفساد من يبتديها دم لا يكون حيضا هذا كلام صاحب الحاوي وقال أيضا قبله قال الشافعي لو رأت الدم قبل استكمال تسع سنين فهو دم فاسد ولا يقال له استحاضة لأن الاستحاضة لا تكون إلا على أثر حيض اهـ
[2]   Referensi :
1. الحاوى الكبير الجزء الأول  ص: 465 دار الفكر
(فصل) وكان السبب فى بيان حكم الحيض وما يلزم اجتنابه من الحائض ما روي أن أسيد بن حضير وعباد بن بشر وثابت بن الدحداح سألوا رسول الله e عن حكم الحيض والحائض؟ واختلف فى سؤالهم فقال قتادة: كان سبب سؤالهم أن العرب ومن فىصدر الإسلام يجتنبون مساكنة الحائض ومؤاكلتها ومشاربتها فسألوا عنه ليعلموا حكم الشرع فيه وقال مجاهد: بل كانوا يعتزلون وطأهن فىالفرج ويأتوهن فىأدبارهن مدة حيضهن فسألوا ليعلموا حكمه فيه فأنـزل الله تعالى "ويسألونك عن المحيض قل هو اذى فاعتزلوا النساء في المحيض ولا تقربوهن حتى يطهرن فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم الله إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين" (البقرة 222)
2. سبل السلام الجزء الأول ص: 104 طه فوترا
وعن أنس t أن اليهود كانوا إذا حاضت المرأة فيهم لم يؤاكلوها فقال النبي e "اصنعوا كل شيء إلا النكاح" رواه مسلم الحديث قد بين المراد من قوله تعالى "قل هو أذى فاعتزلوا النسآء في المحيض ولا تقربوهن حتى يطهرن" أن المأمور به من الاعتزال والمنهي عنه من القربان هو النكاح أي اعتزلوا نكاحهن ولا تقربوهن له وما عدا ذلك من المؤاكلة والمجالسة والمضاجعة وغير ذلك جائز وقد كان اليهود لا يساكنون الحائض في بيت واحد ولا يجامعونها ولا يؤاكلونها كما صرحت به رواية مسلم وأما الاستمتاع منهن فقد أباحه هذا الحديث وكما يفيده أيضا.
[3] Referensi
الفقه على المذاهب الأربعة الجزء 1صحـ  103 مكتبة الشاملة
المالكية قالوا : الحيض دم خرج بنفسه من قبل امرأة في السن التي تحمل فيه عادة ولو كان دفقة واحدة وإليك بيان كل كلمة من كلمات التعريف : فأما قوله : دم فإن المراد به عندهم ما كان ذا لون أحمر خالص الحمرة أو كان ذا لون أصفر أو كان ذا لون أكدر وهو ما كان وسطا بين السواد والبياض فالحيض يشمل أنواع الدم الثلاثة المذكورة وإن كان الدم في الحقيقة مختصا بما كان لونه أحمر خالص الحمر وهذا هو المشهور في مذهب المالكية فلو فرض وخرج من قبل المرأة التي في سن الحيض ماء أصفر أو أكدر فإنها تكون حائضا كما إذا رأت دما أحمر وبعضهم يقول : إن الحيض هو الدم الأحمر أما الأصفر والأكدر فليس بحيض ملطقا وبعضهم يقول : إن الأصفر والأكدر إذا نزل في زمن الحيض كان حيضا وإلا فلا ويرى بعض المحققين أن هذا القول هو أصح الأقوال وأما قوله : خرج بنفسه من قبل امرأة فمعناه أن دم الحيض المعتبر هو ما خرج بدون سبب من الأسباب فإذا خرج الدم بسبب الولادة لا يكون حيضا بل يكون نفاسا وسيأتي حكم النفاس وإذا خرج بسبب افتضاض البكارة فأمره ظاهر لأنه يكون كالدم الخارج من يد الإنسان أو أنفه أو أي جزء من أجزاء بدنه فليس على المرأة إلا تطهير المحل الملوث به أما أن تصوم الحيض بسبب دواء في غير موعده فإن الظاهر عندهم أنه لا يسمى حيضا ولا تنقضي به عدتها وهذا بخلاف ما إذا استعملت دواء ينقطع به الحيض في غير وقته المعتاد فإنه يعتبر طهرا ويتنقضي به العدة على أنه لا يجوز للمرأة أن تمنع حيضها أو تستعجل إنزاله إذا كان ذلك يضر صحتها لأن المحافظة على الصحة واجبة وحاصل هذا القيد أن الحيض يشترط فيه أن يكون خارجا من قبل المرأة فلو خرج من دبرها أو أي جزء من أجزاء بدنها فإنه لا يكون حيضا وأن يخرج بنفسه لا بسبب من الأسباب وإلا فلا يكون حيضا اهـ
[4] Referensi :
الخلاصة الفقهية على مذهب السادة المالكية ـ للقروى صـ: 42
الحيض دم أو صفرة أو كدرة خرج بنفسه من فرج امرأة تحمل عادة وأنواعه ثلاثة ( 1 ) الدم وهو الأصل ( 2 ) والصفرة كالصديد الأصفر ( 3 ) وكدرة بضم الكاف وتسكين الدال شيء كدر ليس على ألوان الدماء فلا يسمى حيضا الدم الخارج بنفسه بسبب ولادة أو افتضاض بكر أو من جرح أو من من علاج أو من علة وفساد في البدن ولا يسمى أيضا حيضا دم الإستحاضة الخارج من فرج من تحمل عادة لأنه دم علة وفساد زائد عن دم الحيض ولا الدم إذا خرج من دبر المرأة ولا الذي خرج من فرج البنت الصغيرة التي لم تبلغ تسع سنين أو من فرج عجوز كبيرة بلغت السبعين

[5] Referensi
1.منح الجليل الجزء  4صحـ  306
 و رجع للنساء في ما تراه الآيسة أي المشكوك في يأسها وهي من بلغت خمسين سنة ولم تبلغ سبعين هل هو حيض وصلة رجع للنساء العارفات بأحوال الحيض فمن بلغت السبعين دمها غير حيض قطعا ومن لم تبلغ الخمسين دمها حيض قطعا فلا يسأل النساء فيهما والظاهر أن المراد بذات السبعين الموفية لها وقوله للنساء الجمع فيه غير مقصود فيكتفى بواحدة لأنه من باب الخبر لا الشهادة بشرط سلامتها من جرحة الكذب بخلاف الصغيرة المعتدة من الطلاق بالأشهر الثلاثة ترى الدم أثناء الأشهر فهو حيض إن أمكن حيضها لا نحو بنت سبع فما تراه دم علة وفساد وانتقلت الصغيرة التي يمكن حيضها إذا رأت الدم أثناء عدتها بالأشهر للأقراء وألغت ما تقدم من الأشهر ولو بقي منها يوم واحد لأن الحيض هو الأصل في الدلالة على براءة الرحم ولا يرجع في دمها للنساء والطهر في العدة أقله ك أقله في العبادة نصف شهر اهـ
2.حاشية العدوي الجزء 1صحـ 180
قوله ( كبنت سبع الخ ) ظاهر عبارته أن بنت ثمان يحكم بأن دمها حيض وليس كذلك إذ منتهى الصغر تسع وهل أولها أو وسطها أو آخرها أقوال فالمراهقة وما فوقها إلى خمسين حيض قطعا وما دونها إلى تسع الخارج حيض حيث يمكن حملها أي لم يقطع النساء بعدمه بأن قطعن بإمكان حملها أو شككن في كونه حيضا فإن قطعن بعدمه فليس دم حيض كبنت ست أو سبع إلى تسع  قوله ( كبنت سبعين ) وهذه لا تحتاج لسؤال النساء وأما بنت خمسين إلى السبعين فالخارج منها حيض إن قطعت النساء أو شككن في كونه حيضا فإن قطعن بعدمه فليس بحيض فتلخص أن لنا خمسة أحوال دون التسع ليس بحيض قطعا والتسع إلى المراهقة يسأل النساء ومن المراهقة إلى الخمسين حيض قطعا ومن الخمسين يسأل النساء ومن السبعين إلى ما فوق ليس بحيض قطعا.
[6] Referensi
  1 .شرح مختصر خليل  الجزء 12 صحـ 205
( ش ) لما كانت الحامل عندنا تحيض خلافا للحنفية ودلالة الحيض على براءة الرحم ظنية اكتفى بها الشارع رفقا بالنساء وقال مالك ليس أول الحمل كآخره ولذلك كثرت الدماء بكثرة أشهر الحمل لأنه كلما عظم الحمل كثر الدم والمعنى أن الحامل في ثلاثة أشهر أو أربعة أو خمسة أو ستة تمكث عشرين يوما وفي سبعة أشهر إلى غاية حملها تمكث ثلاثين يوما ثم هي مستحاضة واختلف إذا رأت الدم في شهر أو شهرين من حملها وتمادى بها هل تمكث النصف ونحوه كما إذا كانت حاملا في ثلاثة إلى ستة وهو قول الإبياني أو كغير الحامل لعدم ظهور الحمل في الشهر والشهرين فتمكث المعتادة عادتها ولا استظهار والمبتدئة التي حملت من غير تقدم حيض نصف شهر فقط وهو اختيار ابن يونس فإن قيل إذا كان الحمل لا يظهر إلا في ثلاثة أشهر فكيف يقال على القول الأول إنها تمكث خمسة عشر يوما ونحوها مع أنه غير ظاهر فالجواب أن فائدة هذا تظهر فيما إذا صامت بعد الخمسة عشر يوما حيث كانت مبتدئة أو قبل ذلك حيث مكثت عادتها واستظهرت فإنه إذا ظهر الحمل تقضي الصوم لأنه وقع في أيام الحيض فهو كالعدم أو القول الأول مبني على أنه يلزمها ما يلزم الحامل بعلمها بالحمل بقرينة كالوحم المعلوم عند النساء لظهور الحمل الثاني مبني على أنه إنما يلزمها ما يلزم الحامل إذا ظهر الحمل وهو إنما يظهر في الثالث وما بعده وعلى هذا الجواب فمبنى القولين مختلف
 2 . الفقه على المذاهب الأربعة الجزء 1صحـ  103 مكتبة الشاملة
  ومن هذه القيود تعلم أن الحامل تحيض عند المالكية فإن رأت الحامل الدم بعد شهرين من حملها وهي المدة التي يظهر فيها الحمل عادة - فإن مدة حيضها تقدر بعشرين يوما إن استمر بها الدم ويستمر هذا التقدير إلى ستة أشهر وإن رأت الدم بعد مضي ستة أشهر فإن مدة حيضها تقدر بثلاثين يوما إذا استمر نزول الدم ويستمر هذا التقدير إلى أن تضع الحمل أما إذا رأت الدم في الشهر الأول أو الثاني فإن مدة حملها تكون كالمدة المعتادة وسنبينها في " مبحث مدة الحيض والطهر " وقوله : ولو كان الحيض دفقة الدفقة - بضم الدل وفتحها - الشيء الذي ينزل في زمن يسير ومعنى ذلك أن المرأة تعتبر حائضا ولو نزل منها دم يسير فلا تصح منها الصلاة إلا إذا طهرت وإذا كانت صائمة فسد صومها ووجب عليها القضاء على أن الدم اليسير لا تنقضي به العدة بل لا بد من أن يستمر نزول الدم يوما أو بعض يوم
3. الموسوعة الفقهية الكويتية   الجزء 11صحـ  1031
فإذا حاضت الحامل في الشهر الثالث من حملها ، أو الرابع ، أو الخامس واستمر الدم نازلا عليها كان أكثر الحيض في حقها عشرين يوما ، وما زاد على ذلك فهو دم علة وفساد . وإذا حاضت في الشهر السابع من حملها ، أو الثامن ، أو التاسع منه واستمر الدم نازلا عليها كان أكثر الحيض في حقها ثلاثين يوما . وأما إذا حاضت في الشهر السادس فحكمه حكم ما بعده من الأشهر لا ما قبله وعلى هذا جميع شيوخ أفريقية وهو المعتمد . وظاهر المدونة أن حكمه حكم ما قبله وهو خلاف المعتمد .وإذا حاضت في الشهر الأول أو الثاني فهي كالمعتادة غير الحامل تمكث عادتها ، والاستظهار وهو قول مالك المرجوع إليه وهو الراجح
[7] Referensi
1.الفقه على المذاهب الأربعة الجزء 1صحـ  103
 الحنفية قالوا : إن الحيض يصح أن يعتبر حدثا . كخروج الريح ويصح أن يعتبر من باب النجاسة كالبول فعلى الاعتبار الأول يعرفونه بأنه صفة شرعية توصف بها المرأة بسبب نزول الدم فتحرم وطأها وتمنعها من الصلاة والصيام وغير ذلك مما سيأتي في " مبحث ما لا يحل للحائض فعله " وعلى الاعتبار الثاني يعرفونه بأنه دم خرج من رحم امرأة غير حامل وغير صغيرة أو كبيرة - آيسة من المحيض - لا بسبب ولادة ولا بسبب مرض فقولهم : دم يشمل ما كان على لون من ألوان الدماء الستة وهي : الحمرة والكدرة والخضرة والتربية - نسبة للترب بمعنى التراب - والصفرة والسواد فإذا نزل من رحم المرأة سائل متصف بلون من هذه الألوان فإنه يكون دم حيض بشرط أن يخرج إلى ظاهر القبل والمراد به ما يظهر من فرج المرأة حال جلوسها فلو أحست بالدم من الداخل فوضعت قطنة أو نحوها منعت من وصوله إلى ظاهر قبلها فإنها لا تكون حائضا فلو كانت صائمة وأحست بدم الحيض من الداخل ثم وضعت قطنة ونحوها منعت من وصوله إلى ظاهر القبل فإن صيامها لا يفسد ثم إذا وصل الدم إلى الظاهر كانت المرأة حائضا ولو لم يكن الدم سائلا لأن السيلان ليس شرطا في الحيض عندهم فلو رأت الدم وانقطع قبل عادتها ثم عاد ثانيا فإنها تعتبر حائضا في الزمن الذي انقطع فيه ولا يقال : إن الحيض هو الدم فكيف تعتبر حائضا مع انقطاعه لأنهم يقولون : إنها في هذه الحالة تكون حائضا حكما بمعنى أن الشارع حكم بحيضها وإن لم ينزل الدم بالفعل وقولهم : غير حامل خرج به الدم الذي تراه المرأة وهي حامل فإنه لا يقال له : دم حيض عند الحنفية وقولهم : غير صغيرة وغير كبيرة خرج به الدم الذي تراه الصغيرة وهي من لم تبلغ سبع سنين فإنه لا يسمى حيضا ومثله الدم الذي تراه الكبيرة وهي التي زاد سنها على خمس وخمسين سنة ويقال لها : آيسة من المحيض : فإنه لا يسمى حيضا وذلك هو المعتمد عندهم ومن زادت على خمس وخمسين سنة إذا رأت دما قويا كالحيض فإنه يعتبر حيضا والحاصل أن الدم الذي تراه الحامل أو الصغيرة أو الآيسة من الحيض لا يقال له : حيض وإنما يقال له : استحاضة أما دم افتضاض البكارة فأمر ظاهر لأنه ليس من الرحم فلا يقال له : حيض باتفاق وبعضهم يقتصر في التعريف على قوله : دم خرج من رحم امرأة ويعلل ذلك بأن دم الاستحاضة لا يخرج من الرحم الذي هو وعاء الولد وإنما يقال له : خرج من الفرج ولعل هذا التدقيق من اختصاص الأطباء أما الفقهاء فإنهم لا يحتاجون إليه وما داموا قد حددوا سن المرأة التي تعتبر حائضة من صغرها إلى شيخوختها وحددوا مدة معينة لأكثر الحيض وأقله فإن كل ما وراء ذلك تدقيق لا ينبغي الخوض فيه غلا للعالم بالطب الذي يمكنه أن يعرف عمليا الفرق بين دم الاستحاضة ودم الحيض وهل هما يخرجان من محل واحد أو لا
[8] Referensi
درر الحكام شرح غرر الأحكام الجزء صحـ 169
  قوله : سوى البياض ) شامل للخضرة مطلقا .وقال في الهداية وأما الخضرة فالصحيح أن المرأة إذا كانت من ذوات الأقراء يكون حيضا ويحمل على فساد الغذاء وإن كانت كبيرة لا ترى غير الخضرة لا يكون حيضا ويحمل على فساد المنبت ا هـ .وقال في البحر نقلا عن البدائع قال بعضهم الكدرة ، والترية ، والصفرة ، والخضرة إنما تكون حيضا على الإطلاق من غير العجائز أما في العجائز فينظر إن وجدتها على الكرسف ومدة الوضع قريبة فهي حيض وإن كانت مدة الوضع طويلة لم يكن حيضا لأن فم رحم العجائز يكون منتنا فيتغير الماء فيه لطول المكث وما عرفت من الجواب في هذه الأبواب من الحيض فهو الجواب فيها في النفاس لأنها أخت الحيض ا هـ .
[9] Referensi
البحر الرائق شرح كنز الدقائق ـ مشكول الجزء 2صحـ  241
وأما شرطه فتقدم نصاب الطهر حقيقة أو حكما وعدم نقصانه عن الأقل وعدم الصغر وفراغ الرحم عن الحبل الذي تنفس
بوضعه ؛ لأن الحامل لا تحيض ، وإنما قيدنا بقولنا تنفس ؛ لأنه إذا سقط منها شيء لم يستبن خلقه فما رأت فعلى هذا يكون حيضا ؛ لأنه لا يعلم أنه حبل بل لحم من البطن فلا تسقط الصلاة بالشك والتحقيق أن له الشرطين الأولين ، وأما ما تراه الحامل والصغيرة فليس من الرحم فلم يوجد الركن.
[10] Referensi
1.البحر الرائق الجزء 1صحـ 201
 والفتوى في زماننا أن يحكم بالإياس عند الخمسين  وفي شرح الوقاية والمختار أنها إن رأت دما قويا كالأسود والأحمر القاني كان حيضا ويبطل الأعتداد بالأشهر قبل التمام وبعده لا  وإن رأت صفرة أو خضرة أو تربية فهي استحاضة اهـ  وفي فتح القدير ثم إنما ينتقض الحكم بالإياس بالدم الخالص فيما يستقبل لا فيما مضى حتى لا تفسد الأنكحة المباشرة قبل المعاودة  وفي القنية قضاء القاضي ليس بشرط للحكم بالإياس وهو الأظهر حتى إذا بلغت مدة الإياس تعتد بالأشهر ولا يحتاج في ذلك إلى القضاء اهـ
2.درر الحكام شرح غرر الأحكام الجزء  1صحـ 186
( وأما الإياس فقيل لا يحد بمدة ) بل هو أن تبلغ من السن ما لا يحيض مثلها فإذا بلغت هذا المبلغ وانقطع دمها يحكم بإياسها ( فما رأته بعد الانقطاع حيض ) أي إذا لم يحد فإن رأت بعد ذلك دما كان حيضا فيبطل الاعتداد بالأشهر ، وتفسد الأنكحة ( وقيل يحد ) واختلف فيه ، فقيل يحد ( بخمسين سنة ) وهو مذهب عائشة رضي الله عنها وفي الحجة اليوم يفتى به تيسيرا على من ابتليت بارتفاع الحيض بطول العدة ( وقيل ) يحد ( بخمس وخمسين ) سنة ، وبه أفتى مشايخ بخارى وخوارزم ومرو ( وقيل ) يحد ( بستين ) سنة وهو مروي عن محمد نصا ومعتبر عند أكثر المشايخ ( واختلف فيما رأته بعدها ) أي بعد مدة الإياس فظاهر المذهب أنه لا يكون حيضا ، والمختار أنها إن رأت دما قويا كالأسود ، والأحمر القاني كان حيضا ويبطل به الاعتداد بالأشهر قبل التمام وبعده لا وإن رأت أصفر أو أخضر أو ترابيا فاستحاضة .
1 Referensi :
1. فتح القريب مع حاشية الباجوري الجزء الأول ص: 113 دار إحياء الكتب العربية
(وأقل زمن تحيض فيه المرأة) وفى بعض النسخ الجارية (تسع سنين) قمرية فلو رأته قبل تمام التسع بزمان يضيق عن حيض وطهر فهو حيض وإلا فلا.اهـ
(بزمان يضيق عن حيض وطهر) أي بأن كان أقل من ستة عشر يوما ولولحظة فهو لا يسع حيضا وطهرا.
2. فتح الوهاب مع حاشية الجمل الجزء الأول ص:246-247 دار الفكر
(فصل) إذا (رأت ولو حاملا لا مع طلق دما) ولو أصفر أو أكدر (لزمن حيض قدره) يوما وليلة فأكثر (ولم يعبر) أي يجاوز (أكثره فهو مع نقاء تخلله حيض) مبتدأة كانت أو معتادة وخرج بزمن الحيض ما لو بقي عليها بقية طهر كأن رأت ثلاثة أيام دما ثم اثني عشر نقاء ثم ثلاثة دما ثم انقطع فالثلاثة الأخيرة دم فساد لاحيض ذكره في المجموع وهو وارد على تعبير الأصل بسن الحيض وتعبيري بقدره أولى من تعبيره بأقله لأن أقله لا يمكن أن يعبر أكثره وخرج بزيادتي لا مع طلق الدم الخارج مع طلقها فليس بحيض كما أنه ليس بنفاس.(قوله فليس بحيض) أي لأنه من آثار الولادة إهـ شيخنا وقوله كما أنه ليس بنفاس أي لتقدمه على انفصال الولد بل هو دم فساد ما لم يتصل بدم قبله فإن اتصل بحيضهاالمتقدم فهو حيض إن لم ينقص مجموعها عن يوم وليلة فإن نقص عنهما فهو استحاضة إهـ
3. حاشية الجمل الجزء الأول ص: 242 دار الفكر
"قوله والاستحاضة" وهي الدم الواقع في غير أيام الحيض والنفاس فيشمل ماتراه الصغيرة والآيسة. اهـ
4. المذاهب الأربعة الجزء الأول ص: 126-127 دارالفكر
الشافعية قالوا الحيض هو الدم الخارج من قبل المرأة السليمة من المرض الموجب لنـزول الدم اذا بلغ سنها تسع سنين فأكثر من غير سبب ولادة. -الى أن قال- وقوله : الخارج من قبل المرءة المراد به أقصى الرحم فالدم عندهم يخرج من عرق في أقصى الرحم سواء كانت المرأة حاملا أوغيرحامل لأن الحامل تحيض عند الشافعية كالمالكية خلافا للحنفية والحنابلة وتعتبر مدة الحيض بالنسبة للحامل كعادتها وهي غير حامل فالدم الذي يخرج من غير الرحم لايسمى حيضا طبعا -إلى أن ٌقال- وقوله : السليمة من المرض الموجب لنـزول الدم خرج به الدم الذي ينـزل من الرحم بسبب المرض ويقال له دام استحاضة.
5. البحر الرائق في فروع الحنفية الجزء الأول ص: 330-331 دار الكتب العلمية
وأما تفسيره شرعا بناء على أنه من الأنجاس فما ذكره المصنف بقوله (وهو دم ينفضه رحم امرأة سليمة عن داء وصغر) فدخل في قوله "دم" غير المعرف وشمل الدم الحقيقي والحكمي وخرج بقوله ينفضه رحم امرأة دم الرعاف والجراحات وما يكون منه لا من آدمية وما يخرج من الدبر من الدم فإنه ليس بحيض لكن يستحب لها أن تغتسل عند انقطاع الدم فإن أمسك زوجها عن الإتيان أحب إلي.كذا في الخلاصة. ولم تخرج الاستحاضة لأن المراد بالرحم هنا الفرج وإنما خرج بقوله سليمة عن داء أي داء برحمها وإنما قيدنا به لأن مرض المرأة السليمة الرحم لا يمنع كون ما تراه في عادتها مثلا حيضا كما لا يخفى.
[11] . Referensi
1.الفقه على المذاهب الأربعة   الجزء 1صحـ  103
  ولاحد لنهاية مدة الحيض عند الشافعية فإنهم يقولون : إن المرأة يمكن أن تحيض ما دامت على قيد الحياة نعم الغالب انقطاع الحيض بعد اثنتين وستين سنة فإذا رأت المرأة الدم بعد هذا السن كانت حائضا وقد خالفوا في ذلك الأئمة الثلاثة : وقوله : من غير سبب الولادة خرج به دم النفاس وسيأتي بيانه بعد
2.الفقه الإسلامي وأدلته الجزء الأول ص: 456-457 دار الفكر
واختلف الفقهاء في تحديد سن اليأس لعدم النص فيه ولاعتمادهم علىالاستقراء والتتبع لأحوال النساء. فقال الحنفية على المفتى به أو المختار: سن اليأس خمس وخمسون سنة فإن رأت بعده دما قويا أسود أو أحمر قانيا اعتبر حيضا وعليه ما تراه آيسة على ظاهر المذهب يعد استحاضة مالم يكن دما خالضا كالأسود والأحمر القاني. وقال المالكية: سن اليأس سبعون سنة وتسأل النساء في بنت الخمسين إلى السبعين فإن قلن: حيض أو شككن فحيض كما يسألن في المراهقة: وهي بنت تسع إلى ثلاث عشرة. وقال الشافعية: لا آخر لسن اليأس فما دامت حية فالحيض ممكن في حقها لكن غالبه اثنان وستون سنة. وقدر الحنابلة سن اليأس بخمسين سنة لقول عائشة "إذا بلغت المرأة خمسين سنة خرجت من حد الحيض" وقالت أبضا "لن ترى في بطنها ولدا بعد الخمسين".

[12]  Referensi
1.المجموع شرح المهذب الجزء الثاني ص: 373  المكتبة السلفية
قال المصنف رحمه الله تعالى أقل سن تحيض فيه المرأة تسع سنين قال الشافعي رحمه الله: أعجل من سمعت من النساء تحيض نساء تهامة يحضن لتسع سنين فإذا رأت الدم لدون ذلك فهو دم فساد ولا تتعلق به أحكام الحيض  (الشرح) تهامة ‎بكسر التاء وهو اسم لكل ما نزل عن نجد من بلاد الحجاز ومكة من تهامة قال ابن فارس سميت تهامة من التهم يعني بفتح التاء والهاء ‎وهو شدة الحر وركود الريح وقال صاحب المطالع سميت بذلك لتغير هوائها يقال تهم الدهن إذا تغير.
2. الأم الجزء الأول المجلد الأول ص: 55 دار الشعب
(الرد على من قال لا يكون الحيض أقل من ثلاثة أيام) (قال الشافعي) رحمه الله تعالى وخالفنا بعض الناس في شيء من المحيض والمستحاضة وقال لا يكون الحيض أقل من ثلاثة أيام فإن امرأة رأت الدم يوما أو يومين أو بعض يوم ثالث ولم تستكمله فليس هذا بحيض وهي طاهر تقضي الصلاة فيه ولا يكون الحيض أكثر من عشرة أيام فما جاوز العشرة بيوم أو أقل أو أكثر فهو استحاضة ولا يكون بين حيضتين أقل من خمسة عشر (قال الشافعي) فقيل لبعض من يقول هذا القول أرأيت إذا قلت لا يكون شيء وقد أحاط العلم أنه يكون أتجد قولك لا يكون إلا خطأ عمدته فيجب أن تأثم به أو تكون غباوتك شديدة ولا يكون لك أن تقول في العلم (قال) لا يجوز إلا ما قلت إن لم تكن فيه حجة أو تكون (قلت) قد رأيت امرأة أثبت لي عنها أنها لم تزل تحيض يوما ولا تزيد عليه وأثبت لي عن نساء أنهن لم يزلن يحضن أقل من ثلاث وعن نساء أنهن لم يزلن يحضن خمسة عشر يوما وعن امرأة أو أكثر أنها لم تزل تحيض ثلاث عشرة فكيف زعمت أنه لا يكون ما قد علمنا أنه يكون.

[13] Referensi
1.      الفقه على المذاهب الأربعة   الجزء 1صحـ  103
 الحنابلة قالوا : الحيض دمطبيعي يخرج من قعر رحم الأنثى حال صحتها وهي غير حامل في أوقات معلومة من غير سبب ولادة فقولهم : دم الغالب فيه أن يكون ذا لون أسود أو أحمر أو أكدر وقولهم : طبيعي معناه أنه لازم للمرأة بأصل خلقتها وهذا القيد متفق عليه في المذاهب وقولهم : يخرج من قعر رحم الأنثى خرج به الدم الذي يخرج من محل آخر من أجزاء البدن فإنه ليس بحيض وقولهم : وهي غير حامل خرج به الدم الذي تراه الحامل فإنه ليس بحيض وهذا موافق لما يراه الحنفية ومخالف لما يراه المالكية والشافعية كما تقدم وقوله : في أوقات معلومة خرج به ما تراه الصغيرة وهي ما دون تسع سنين أو تراه الكبيرة الآيسة من المحيض وهي عندهم المرأة التي تبلغ خمسين سنة فلو رأت الدم بعدها لا تكون حائضا ولو كان قويا وقولهم : من غير سبب ولادة خروج به النفاس ) من بيان معنى دم الحيض وبيان هل الحامل تحيض أو لا وبيان السن الذي يمكن فيها الحيض وبيان القدر الذي يعتبر حيضا ونحو ذلك

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBIJAKAN PRIVASI

Mobile santri   01.    Aplikasi ini adalah mutlak milik “mobile santri” 02.    Pengembang berhak memberi iklan pada konten aplikasi kecu...